Category Archives: Uncategorized

Sejarah Peradaban Manusia di Pulau Jawa

Standard

Sejarah Penemuan Fosil Manusia Purba, Manusia Kera dan Manusia Modern – Teori Perkembangan Evolusi Antar Waktu Arkeologi Biologi.
Secara umum penemuan fosil manusia dari jaman ke zaman terbagi atas tiga kelompok, yaitu manusia kera, manusia purba dan manusia modern.
Yang perlu diingat adalah bahwa teori ini hanya dugaan dan tidak terbukti kebenarannya karena teori evolusi telah runtuh. Fosil manusia lama yang ditemukan bisa saja bukan fosil manusia atau manusia yang memiliki bentuk ciri tubuh yang unik, atau bahkan hasil rekayasa.

1. Manusia Kera dari Afrika Selatan.

  • Australopithecus AfricanusAustralopithecus africanus ditemukan di desa Taung di sekitar Bechunaland ditemukan oleh Raymond Dart tahun 1924. Bagian tubuh yang ditemukan hanya fosil tengkorak kepala.
  • Paranthropus Robustus dan Paranthropus Transvaalensis Dua penemuan tersebut ditemukan di daerah Amerika Selatan dengan ciri isi volume otak sekitar 600 cm kubik, hidup di lingkungan terbuka, serta memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter. Kedua fosil menusia kera tersebut disebut australopithecus.

2.   Manusia Purba atau Homo Erectus

  • Sinanthropus Pekinensis Sinanthropus. Pekinensis adalah manusia purba yang fosilnya ditemukan di gua naga daerah Peking negara Cina oleh Davidson Black dan Franz Weidenreich. Sinanthropus pekinensis dianggap bagian dari kelompok pithecanthropus karena memiliki ciri tubuh atau badan yang mirip serta hidup di era zaman yang bersamaan. Sinanthropus pekinensis memiliki volume isi otak sekitar kurang lebih 900 sampai 1200 cm kubik.
  • Meganthropus Palaeojavanicus / Manusia Raksasa JawaMeganthropus      palaeojavanicus ditemukan di Sangiran di pulau jawa oleh Von Koningswald pada tahun 1939 – 1941.
  • Manusia Heidelberg. Manusia heidelberg ditemukan di Jerman.
  • Pithecanthropus Erectus. Pithecanthropus erectus adalah manusia purba yang pertama kali fosil telang belulang ditemukan di Trinil Jawa Tengah pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois. Pithecanthropus erectus hidup di jaman pleistosin atau kira-kira 300.000 hingga 500.000 tahun yang lalu. Volume otak Pithecanthropus erectus diperkirakan sekitar 770 – 1000 cm kubik. Bagian tulang-belulang fosil manusia purba yang ditemukan tersebut adalah tulang rahang, beberapa gigi, serta sebagian tulang tengkorak

.
3. Pengertian atau arti definisi manusia modern

Manusia modern adalah manusia    yang  termasuk ke dalam spesies homo sapiens dengan isi volum otak kira-kira 1450 cm kubik hidup sekitar 15.000 hingga 150.000 tahun yang lalu. Manusia modern disebut modern karena hampir mirip atau menyerupai manusia yang ada pada saat ini atau sekarang.

  • Manusia Swanscombe – Berasal dari Inggris
  • Manusia Neandertal – Ditemukan di lembah Neander
  • Manusia Cro-Magnon / Cromagnon / Crogmanon – Ditemukan di gua Cro-Magnon, Lascaux Prancis. Dicurigai sebagai campuran antara manusia Neandertal dengan manusia Gunung Carmel.
  • Manusia Shanidar – Fosil dijumpai di Negara Irak
  • Manusia Gunung Carmel – Ditemukan di gua-gua Tabun serta Skhul   Palestina
  • Manusia Steinheim – Berasal dari Jerman

4. Evolusi manusia, atau Anthropogenesis, merupakan bagian dari biologi yang mengenai munculnya. Ini merupakan subyek yang luas penyelidikan ilmiah yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana perubahan ini terjadi. Studi dari evolusi manusia meliputi berbagai ilmu pengetahuan, terutama fisik, dan beberapa typological spesies Homo telah berkembang. Termasuk yang menghuni Asia dan yang menghuni Eropa. berevolusi antara 400.000 dan 250.000 tahun yang lalu.

 

Untuk mengetahui Sejarah dan Penciptaan Manusia di Pulau Jawa silahkan baca disini.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATI KA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES (CPUs) DAN PEER LESSON UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PENALARAN PADA SISWA

Standard

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh motivasi belajar siswa. Guru matematika diharapkan dapat memberikan dorongan belajar pada siswa, sehingga siswa merasa tertarik dan mudah memahami materi yang diberikan. Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar (Hamalik, 2004: 156). Dengan adanya motivasi seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu yang diminta. Semakin besar minat belajar terhadap matematika semakin besar pula perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan. Sehingga akan memperbesar hasrat dan kemauan untuk mengenal apa yang dipelajari dan akan menimbulkan sikap kreatif pada diri siswa.

Dalam proses belajar mengajar, penalaran juga sangat mendorong keberhasilan pembelajaran karena penalaran merupakan proses berpikir yang tertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dari pengertian. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proporsisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proporsisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proporsisi baru yang sebelumnya tidak diketahui proses inilah yang disebut penalaran.

Aspek-aspek pembelajaran matematika mencakup proses belajar mengajar dan pemikiran yang kreatif. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, sering dijumpai berbagai permasalahan. Kesalahan yang dilakukan siswa tidak hanya bersumber pada kemampuan siswa yang kurang, tetapi ada faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar matematika, salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran yang dipilih guru sebagai pengajar.

Pada saat ini hasil belajar matematika yang dicapai siswa masih banyak yang berada di bawah standar yang ditetapkan. Permasalahan lain yang masih sering muncul adalah penggunaan metode  pembelajaran oleh guru yang kurang tepat. Guru kurang bervariasi dalam mengajarkan pelajaran matematika disekolah. Bahkan tidak jarang dijumpai proses pembelajaran matematika yang hanya berpusat pada guru.

Pada umumnya, metode pembelajaran yang dikembangkan guru matematika dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode pembelajaran konvensional yang lebih banyak mengandalkan ceramah. Dimana guru lebih memfokuskan diri pada upaya pemindahan pengetahuan ke dalam diri siswa tanpa memperhatikan bahwa ketika siswa memasuki kelas, siswa mempunyai bekal kemampuan dan pengetahuan yang tidak sama. Siswa hanya ditempatkan sebagai obyek sehingga siswa menjadi pasif dan tenggelam ke dalam kondisi belajar yang kurang merangsang aktivitas belajar yang kurang optimal. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru tersebut, dengan guru sebagai penyampai materi atau penceramah dan siswa sebagai pendengar mempunyai kelemahan yaitu siswa cenderung ramai, mengantuk, tidak ada siswa yang mau bertanya, dan siswa tidak mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan kondisi yang seperti ini maka banyak waktu yang terbuang sia-sia, sedangkan materi yang ingin disampaikan guru tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Untuk mengatasi masalah yang telah dikemukakan di atas salah satunya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran CUPs. Metode CUPs  atau yang dikenal dengan langkah-langkah pemahaman konsep, adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk memahami konsep tentang materi yang dipelajari. Dengan metode ini siswa diharapkan dapat membedakan antara konsep dan bukan konsep dari materi yang dipelajari. Dengan memahami konsep-konsep dari materi yang diajarkan, siswa diharapkan lebih mudah dalam menyelesaikan soal. Dengan pemahaman konsep yang benar dan  baik akan membuat siswa mudah mengingat materi yang dipelajari tanpa harus menghafal rumus.

Selain dengan metode CUPs, untuk mengatasi masalah yang telah  dikemukakan diatas adalah dengan menerapkan metode pembelajaran aktif. Salah satu jenis pembelajaran aktif adalah Peer Lesson (Pelajaran Teman Sebaya). Peer Lesson adalah sebuah strategi yang mengembangkan Peer Teaching dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar pada peserta didik sebagai anggota kelas (Mel Silberman, 2007: 173). Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (Peer Teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru (Anita Lie, 2007: 12).

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, ulis mengadakan penelitian tentang penerapan metode pembelajaran CUPs dan Peer Lesson ditinjau dari motivasi dan penalaran belajar matematika siswa.


Read More…>>>

Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Standard

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah, merupakan suatu kondisi dan cara terbaik untuk mencapai tujuan bersama.  Suatu masyarakat yang didorong oleh keharusan pemenuhan kebutuhannya perlu bekerja sama atau bersatu dalam bekerja karena pada dasarnya saling membutuhkannya.  Masyarakat juga perlu bersatu agar dapat menghimpun kekuatan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri.  Disamping itu, pencapaian suatu tujuan masyarakat dapat efektif bila dilakukan dalam satu tatanan atau suatu tata hubungan dalam masyarakat yang berada dalam satu kesatuan.

Persatuan dan kesatuan tidak saja berlaku secara nasional, tetapi juga diperlukan dalam lingkup regional dan global, wujudnya seperti Uni Eropa, ASEAN, APEC atau WTO.Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia diwujudkan dalam semboyan pada  lambang Negara Republik Indonesia yaitu ”BHINNEKA TUNGGAL IKA” yang keberadaannya berdasarkan pada PP No. 66 Tahun 1951, mengandung arti beraneka tetapi satu (Ensiklopedia Umum, 1977).  Semboyan tersebut menurut Supomo, meng- gambarkan gagasan dasar yaitu menghubungkan daerah-daerah dan suku-suku bangsa di seluruh Nusantara menjadi Kesatuan Raya (ST Munadjat D, 1928).

Keberagaman atau kehidupan dalam lingkungan majemuk bersifat alami dan merupakan sumber kekayaan budaya bangsa.  Setiap perwujudan mengandung ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari perwujudan yang lain, tidak mungkin satu perwujudan mengandung semua ciri yang ada, karena bila hal itu terjadi maka dia akan menjadi maha sempurna, padahal hanya satu maha sempurna yaitu TUHAN.  Tidak mungkin  pula bila semua perwujudan sama, karena makanisme tesis-antitesis-sintesis tidak akan terjadi, dalam arti tidak akan ada perkembangan atau kemajuan. Dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk, berbangsa dan bernegara, berbagai perbedaan yang ada seperti dalam suku, agama, ras atau antar golongan, merupakan realita yang harus didayagunakan untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia, menuju cita-cita Nasional kita adalah masyarakat Adil dan Makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.


baca selanjutnya….>>>

Akselerasi

Standard
  1. 1.      Pengertian Akselerasi (Percepatan).

Akselerasi adalah suatu proses percepatan (acceleration) pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik yang memiliki kemampuan luar biasa (unggul) dalam rangka mencapai target kurikulum Nasional dengan mempertahankan mutu pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain peserta didik dapat menyesuaikan cara belajarnya lebih cepat dari siswa lainnya (siswa yang mengikuti program reguler).

Secara singkat akselerasi mengandung pengertian:Sebagai model pembelajaran yaitu lompat kelas, dimana peserta didik berbakat yang memiliki kemampuan unggul diberi kesempatan untuk mengikuti pelajaran pada kelas yang lebih tinggi.Kurikulum atau akselerasi program, menunjuk pada peringkasan program sehingga dapat dijalankan dalam waktu yang lebih cepat.Memperoleh konten materi dengan irama yang lebih dipercepat sesuai dengan kemampuan potensial siswa.

 

  1. 2.      Tujuan Penyelenggaraan Program Akselerasi (Percepatan).

Tujuan Umum Penyelenggaraan Program Akselerasi yaitu :

  1. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif.
  2. Memenuhi Hak Azasi manusia peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri.
  3. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan
    peserta didik.
  4. Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik.
  5. Menimbang peran serta peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran.
  6. Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.

 

 

Tujuan Khusus Penyelenggaraan Program Akselerasi yaitu :

  1. Memberikan penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat.
  2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran peserta didik.
  3. Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal.
  4. Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara seimbang.Landasan Program Akselerasi (Percepatan).

 

  1. 3.      Dampak Program Akselerasi

Dampak Program Akselerasi Terhadap Aspek Perkembangan Sosial dan Emosional Siswa Berbakat Akademik adalah :

  1. Anak Berbakat Akademik

Siswa berbakat akademik digolongkan sebagai berikut:

  1. Siswa memiliki intelegensi superior (IQ=130 ke atas)
  2. Prestasi akademik jauh di atas rata-rata kelas. Selalu menjadi juara kelas dan memperlihatkan kecerdasan luar biasa dalam ilmu-ilmu tertentu

 

Ciri anak berbakat:

  1. Anak berbakat itu terlalu cepat dewasa (precocious). Mereka menguasai pelajaran lebih dahulu dan lebih cepat daripada teman-temannya
  2. Anak berbakat akan maju sesuai dengan iramanya sendiri, melakukan pertemuan-pertemuan sendiri dan dapat mencari penyelesaian suatu permasalahan secara naluriah tanpa melalui sederetan langkah-langkah pemikiran yang linear.
  3. Anak berbakat didorong oleh keinginan yang sangat kuat dalam bidang atau dominan di mana mereka mempunyai kemampuan yang tinggi seperti matematika. Anak berbakat adalah anak yang secara global menguasai mata pelajaran dan bahkan berhasil menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi pada Usia yang sangat muda.

 

  1. Dampak Keberbakatan Dalam Kehidupan Sosial dan Emosional Anak.
    Berbeda dengan anggapan dahulu, ternyata anak-anak berbakat juga lebih rentan terhadap faktorfaktor sosial dan emosional. Anak berbakat adalah anak yang bahagia, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan tidak membutuhkan perhatian khusus. Hal ini menumbuhkan mitos bahwa anak berbakat mudah menyesuaikan diri dan mudah diajar tetap bertahan, menurut Mihali bahwa anak-anak dengan kemampuan tinggi yang luar biasa di sembarang domain, tidak hanya secara akademis, tetapi juga di bidang seni rupa, musik, bahkan atlektik, secara sosial tidak padu, dan sebagainya.
  2. Dampak Akselerasi pada Anak Berbakat Akademik Anak dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa, merupakan suatu keinginan yang realistik karena kebutuhan pelayanan pendidikan anak yang berbakat yaitu dibentuk layanan istimewa yang berbeda dari sekolah yang umum, diberikan pengayaan akselerasi dalam bentuk menempatkan anak pada kelas yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat keberhasilan anak. Memberikan pelayanan kepada anak berbakat yang secara sosial terisolasi dan bosan bersekolah bukanlah hal yang mudah.
    Hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan akselerasi bagi anak berbakat akademik adalah memenuhi kebutuhan akan tugas-tugas yang penuh tantangan dalam bidang keberbakatan dan adanya persahabatan diantara teman sejawat yang memiliki kemampuan yang sama. Kita bukan hanya memerlukan anak bangsa yang panai, melainkan juga anak bangsa yang seimbang dalam kehidupan emosi dan sosial.

Home Schooling

Standard
  1. Latar Belakang Home Schooling

Banyaknya orangtua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal mendorong orangtua mendidik anaknya di rumah. Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan ditentukan oleh teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih “cerdas”. Keadaan demikian menambah suasana sekolah menjadi tidak menyenangkan.

Ketidakpuasan tersebut semakin memicu orangtua memilih mendidik anak-anaknya di rumah, dengan resiko menyediakan banyak waktu dan tenaga. Homeschooling menjadi tempat harapan orang tua untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman/ agama dan moral serta mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan.

 

  1. Pengertian Home Schooling

Istilah Homeschooling sendiri berasal dari bahasa Inggris berarti sekolah rumah. Homeschooling berakar dan bertumbuh di Amerika Serikat. Homeschooling dikenal juga dengan sebutan home education, home based learning atau sekolah mandiri. Pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Memilih untuk bertanggungjawab berarti orangtua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar (bdk. Sumardiono, 2007:4).

 

  1. Faktor-Faktor Pemicu dan Pendukung Homechooling
  1. a.      Kegagalan sekolah formal

Baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia, kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga di Indonesia maupun di mancanegara untuk menyelenggarakan homeschooling. Sekolah rumah ini dinilai dapat menghasilkan didikan bermutu.

  1. b.      Teori Inteligensi ganda

Salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling adalah Teori Inteligensi Ganda (Multiple Intelligences). Jenis-jenis inteligensi tersebut adalah:Inteligensi linguistik; Inteligensi matematis-logis; Inteligensi ruang-visual; Inteligensi kinestetik-badani; Inteligensi musikal; Inteligensi interpersonal; Inteligensi intrapersonal; Inteligensi ligkungan; dan Inteligensi eksistensial.

  1. c.       Sosok homeschooling terkenal

Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal juga memicu munculnya homeschooling. Sebut saja, Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan tokoh-tokoh lainnya.

  1. d.      Tersedianya aneka sarana

Dewasa ini, perkembangan homeschooling ikut dipicu oleh fasilitas yang berkembang di dunia nyata. Fasilitas itu antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audivisual).

  1. Kelebihan Homeschooling

Dari perbedaan di atas, kita dapat menyebutkan kelebihan homeschooling, antara lain:

  1. adaptable, artinya sesuai dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga; mandiri artinya lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan di sekolah umum.
  2.  potensi yang maksimal, dapat memaksimalkan potensi anak, tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan sekolah.
  3.  siap terjun pada dunia nyata. Output sekolah rumah lebih siap terjun pada dunia nyata karena proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya.
  4.  terlindung dari pergaulan menyimpang. Ada kesesuaian pertumbuhan anak dengan dengan keluarga. Relatif terlindung dari hamparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (tawuran, narkoba, konsumerisme, pornografi, mencontek dan sebagainya).
  5. Ekonomis, biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.
  1. Kelemahan Homeschooling

Di sisi lain, homeschooling mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain:

  1. membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari orang tua.
  2. memiliki kompleksitas yang lebih tinggi karena orangtua harus bertanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan anak.
  3. keterampilan dan dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah.
  4. ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi dan kepemimpinan; proteksi berlebihan dari orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi dan masalah sosial yang kompleks yang tidak terprediksi.

Perkembangan Muhammadiyah Daerah Boyolali

Standard

Muhammadiyah merupakan salah satu  organisasi Islam yang berada di indonesia, salah satu organusasi yang  bergerak tidak hanya dalam dunia agama saja akan tetapi juga bergerak dalam sosial, pendidikan dan kesehatan. Banyak masyarakat yang sudah menikmati lembaga-lembaga yang telah didirikan Muhammdiyah baik lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga sosial dan lembaga atvokas. Banyak orang mengenal muhammadiyah akan tetapi juga menikmati apa yang telah didirikan. muhammadiyah akan tetapi tidak tahu arti akan organisasi muhammadyah itu sendiri.

Sesui dengan hasil wawancara yang kami lakukan dengan Bapak Ali mukson yang sebagai narasumber tetapi juga sebagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah Boyolali,Mengatakan  Muhhammadiyah  adalah merupakan suatu organisasi perserikatan yang merupakan organisasi pergerakan islam dan organisasi dahwah ‘’Amar ma’ruf Nahi munkar ‘’yang mempunyai tujuan menegakan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujudya masyarakat yang sebenar-benarnya. Sesui dengan apa ynag di cita-citakan awal berdirinya muhammadiyah oleh, KH.Ahmad Dahlan.

Organisasi muhammadiyah merupakan organisasi yang sudah tua dan sudah banyak sekali pergerakan-pergerakan yang sudah di laksanakan. Muhammadiyah baik di tingkat di desa maupun tingkat national. Muhammadiyah yang telah diproklamirkan diYogyakarta,Malioboro, pada malam minggu terkhir bulan Desember 1912. Nuhammadiyah didirikan karena keberadaan masyarakat yang masih memprihtinkan, karena pada saat itu msyarakat masih banyak melkukan kegiatan-kegiatan yang melnggar ketentuan-ketentuan dalam agama islam,, yang sering di sebut penyakait rakyat di antaranya tahayul, kurofat dan bid’ah, di samping itu juga kondisi msyarakat yang masih tertindas keberadaannya. Masyarakat yang terhegemoni oleh kolonial-kolonial belanda yang sangat meresahkan masyarakatIndonesiaumumnya dan lebih kususnya lagi bagi masyarakat di yagyakarta.

Dalam pendirian muhammadiyah di yogyakarta banyak sekali  kendala yang di hadapi baik dari intern dari diri Ahmad dahlan sendiri dan dari keberadaan eksternal dari masyarakat sendiri. Baik ada aspek dari dalam msyarakat sendiri dan pengaruh dari perjajahan colonial Belanda di saat itu, akan tetapi dengan kegigihan perjungan KH.Ahmad Dahlan dan teman-tamannya sekaligus sebagai pebndiri muhaammadiyah sehingga dapat berdiri Organisasi yang sangat besar dan di terima keberadaannya, Muhammadiyah setelah berdiri sampai saat ini sehingga masyarakat dapat menikmati apa saja yang telah didirikan baik lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga atvokasi dan tidak kalah pentingnya lembaga kesehatan. Sekarang tinggal bagaimana kader-kader Muhammadiyah untuk meneruskan perjuangannya. Apakah mencari kehidupan di muhammadiyah atau menghidupi Muhammadiyah.

Read More….>>>

Apakah Hubungan Kebudayaan Dengan Agama?

Standard

Hubungan Kebudayaan  dengan Agama

Agama, Budaya dan Masyarakat jelas tidak akan berdiri sendiri, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat dalam dialektikanya; selaras dalam menciptakan ataupun kemudian saling menegasikan.

Begitu juga budaya, proses dialektika yang dialami bersama Agama tidaklah jauh berbeda bahkan sama. Tiga bentuk; Eksternalisasi, Objektivikasi dan Internalisasi juga merupakan proses bagaimana budaya terbentuk dan bagaimana ia berhubungan dengan Agama.

  • Fluiditas (kelenturan) Budaya-Agama

Saat Budaya ataupun Agama dianggap sebagai an manusia terlahir di dunia mau tidak mau harus menerima warisan sebuah ide-ide, sistem tingkah laku, dan artefak yang sebelumnya telah ada. Berbeda dengan ketika budaya ataupun agama dimaknai sebagai proses, keduanya dipandang dalam bentuk kontinyuitas perkembangan, kebangkitan, dan keruntuhan sutau kebudayaan.  Kebudayaan dan Agama sebagai proses adalah realitas yang tidak terhenti satu jejak saja. Fluiditas keduanya merupakan jejak nostalgia dari sebelumnya untuk titik tolak menuju jejak berikut yang bersifat menambahi, merubah atau bahkan meniadakan.

Ajaran keagaman (Islam) yang bersifat publik, misalnya ajaran ajaran Islam tentang muamalat (etika perdata), jinayat (pidana) dan siyasah (etika mengelola kekuasaan dan kekayaan negara). Pada tingkat ajaran kategori inilah terbuka proses pengkayaan (enrichment) dan substansiasi hukum agama terhadap hukum negara.Bahkan untuk negara modern yang kini telah menjadi semakin repressif, koruptif, ekploitatif dan tidak perduli dengan nasib masyarakat lemah, maka kontribusi agama-agama dengan kekayaan nilai-nilai etik dan moralnya sangatlah diperlukan. Kita butuh sekali kontribusi Pendekatan Kebudayaan dan Agama. Konsep mengenai kebudayaan yang saya kemukakan seperti tersebut diatas itulah yang dapat digunakan sebagai alat atau kacamata untuk mendatang dan mengkaji serta memahami agama. Bila agama dilihat dengan menggunakan kacamata agama, maka agama diperlakukan sebagai kebudayaan; yaitu: sebagai sebuah pedoman bagi kehidupan masyarakat yang diyakini kebenarannya oleh para warga masyarakat tersebut. Agama dilihat dan diperlakukan sebagai pengetahuan dan keyakinan yang dipunyai oleh sebuah masyarakat; yaitu, pengetahuan dan keyakinan yang kudus dan sakral yang dapat dibedakan dari pengetahuan dan keyakinan sakral dan yang profan yang menjadi ciri dari kebudayaan.

Pada waktu kita melihat dan memperlakukan agama sebagai kebudayaan maka yang kita lihat adalah agama sebagai keyakinan yang hidup yang ada dalam masyarakat manusia, dan bukan agama yang ada dalam teks suci, yaitu dalam kitab suci Al Qur’an dan Hadits Nabi. Sebagai sebuah keyakinan yang hidup dalam masyarakat, maka agama menjadi bercorak lokal; yaitu, lokal sesuai dengan kebudayaan dari masyarakat tersebut. Mengapa demikian? untuk dapat menjadi pengetahuan dan keyakinan dari masyarakat yang bersangkutan, maka agama harus melakukan berbagai proses perjuangan dalam meniadakan nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan keyakinan hakiki dari agama tersebut dan untuk itu juga harus dapat mensesuaikan nilai-nilai hakikinya dengan nilai-nilai budaya serta unsur-unsur kebudayaan yang ada, sehingga agama tersebut dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai unsur dan nilai-nilai budaya dari kebudayaan tersebut. Dengan demikian maka agama akan dapat menjadi nilai-nilai budaya dari kebudayaan tersebut.

Bila agama telah menjadi bagian dari kebudayaan maka agama juga menjadi bagian dari nilai-nilai budaya dari kebudayaan tersebut. Dengan demikian, maka berbagai tindakan yang dilakukan oleh para warga masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kehidupan mereka dalam sehari-harinya juga akan berlandaskan pada etos agama yang diyakini. Dengan demikian, nilai-nilai etika dan moral agama akan terserap dan tercermin dalam berbagai pranata yang ada dalam masyrakat tersebut. Sebaliknya, bila yang menjadi inti dan yang hakiki dari kebudayaan tersebut adalah nilai-nilai budaya yang lain, maka nilai-nilai etika dan moral dari agama yang dipeluk oleh masyarakat tersebut hanya akan menjadi pemanis mulut saja atau hanya penting untuk upacara-upacara saja.

Apakah gunanya menggunakan pendekatan kebudayaan terhadap agama. Yang terutama adalah kegunaannya sebagai alat metodologi untuk memahami corak keagamaan yang dipunyai oleh sebuah masyarakat dan para warganya. Kegunaan kedua, sebagai hasil lanjutan dari kegunaan utama tersebut, adalah untuk dapat mengarahkan dan menambah keyakinan agama yang dipunyai oleh para warga masyarakat tersebut sesuai dengan ajaran yang benar menurut agama tersebut, tanpa harus menimbulkan pertentangan dengan para warga masyarakat tersebut. Yang ketiga, seringkali sesuatu keyakinan agama yang sama dengan keyakinan yang kita punyai itu dapat berbeda dalam berbagai aspeknya yang lokal. Tetapi, dengan memahami kondisi lokal tersebut maka kita dapat menjadi lebih toleran terhadap aspek-aspek lokal tersebut, karena memahami bahwa bila aspek-aspek lokal dari keyakinan agama masyarakat tersebut dirubah maka akan terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai pranata yang ada dalam masyarakat tersebut yang akhirnya akan menghasilkan perubahan kebudayaan yang hanya akan merugikan masyarakat tersebut karena tidak sesuai dengan kondisi-kondisi lokal lingkungan hidup masyarakat tersebut.

Sebagai akhir kata mungkin dapat dikatakan bahwa pendekatan kebudayaan dalam upaya memahami dan mengkaji agama, dan khususnya bagi para guru agama adan da’i, menjadi amat penting bila upaya pemantapan kehidupan keagamaan dan pengembangannya ingin supaya berhasil dengan baik. Implikasi dari penggunaan pendekatan kebudayaan adalah digunakannya pendekatan kwalitatif, seperti yang telah dilakukan oleh Max Weber dalam kajiannya untuk mengetahui sebab dari kemunculan dan berkembangnya kapitalisme. Max Weber menggunakan istilah verstehen yang artinya sama dengan pemahaman, yang menjadi dasar dari pendekatan kwalitatif. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.

  • Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan
  • Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak Kebudayaan baru

Silahkan download disini.